Pagi ini suasana kelas
begitu panas, meskipun baru pukul 07.30
pagi. Di bangku paling belakang ada seorang
anak bernama Deborah. Wajahnya begitu pucat dan tampak tetesan air mata
mengalir di kedua pipinya. Gambaran kesedihan, kekecewaan dan kemarahan yang
bercampur menjadi satu kesatuan membentuk pulau kebencian di dalam hatinya.
Setelah lama termenung dan mengusap-usap air matanya yang tak
berhenti mengalir dari air matanya. Sebungkus tisu menemaninya menjadi saksi
dari kehancuran hatinya. Tiba-tiba datanglah seorang cowok yang bersikap cuek dan wajahnya tak
kalah merah dengan Deborah. Dia adalah Cristo, pacarnya Deborah.
“Cris, tolong jelaskan
semua ini sama aku, apa salahku sampai kamu tega mutusin hubungan kita? Apa
kurang aku Cris?”, kata Deborah semakin sedih.
“Kamu gak ada salah apa-apa kok. Aku Cuma pengen sendiri aja
kok. Lagian orang tuaku juga gak ngasi aku pacaran. Jadi kita break aja
dulu ya”, kata Cristo dengan tatapan menghindar.
“ Tapi aku gak mau Cris, aku bener-bener cinta ma kamu. Kamu
tuh cinta matiku. Aku gak sanggup hidup tanpamu sayangku. Aku udah berkorban
waktu, tenaga, pikiran buat kamu. Aku udah tiap hari nelpon kamu, tiap detik
memperhatikan kamu, bahkan aku yang membuatkan kamu tugas sampai begadang
semalam suntuk. Apa masih kurang itu semua? Please, jangan tinggalin
aku!”,
Tapi Cristo tak menghiraukan semua kata-kata Deborah. Dia
malah meninggalkan Deborah pergi begitu saja. Tak peduli berapa bungkus tisu
yang telah dihabiskan kekasihnya. Dia pergi tanpa rasa bersalah.
Sementara teman-temannya berusaha menghibur Deborah dengan
membuat lelucon atau sekedar guyonan yang mungkin dianggap bisa menenangkan
hati temannya itu.
“Tenang Deb. Cristo pasti gak akan berpaling darimu kok.
Kalian kan udah lama pacaran dan udah selalu lengket kayak perangko, pasti kamu
seorang kok yang jadi bidadari di hatinya. Jangan nangis lagi ya!”, kata
Jamito, teman akrab Deborah yang kocak.
Deborah masih menangis. Tak ada satupun kata-kata humor yang
bisa menenangkan hatinya kecuali dia mendengar langsung dari mulut kekasihnya
itu, kenapa dia ingin memutuskan dirinya. Perang bathin terus bergolak.
“Apa benar ini semua
karena orang tuanya? Apa mungkin aku sudah tak pantas lagi dimatanya? Apakah
aku jelek? Apa selama ini aku hanya manusia yang tak berguna untuknya? Tak
bisakah dia merasakan cintaku yang tulus ini padanya sampai-sampai dia ingin
berpisah denganku?”
“Aaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!”,
Deborah berteriak kencang. Beribu pertanyaan tentang apa dan kenapa yang muncul
di dalam benaknya. Akhirnya dia memutuskan meminta ijin pulang ke pada guru
piket karena kepalanya begitu sakit memikirkan nasib malangnya.
Keesokan harinya
Deborah memaksakan diri untuk pergi
kesekolah walaupun kepalanya masih pening. Baru sampai di depan kelas,
teman-temannya terlihat bergerombol berbisik-bisik. Seperti sesuatu yang sangat
rahasia.
“Kalian nge-gossip
apa sih pagi-pagi begini? Dasar ya ratu dan raja gossip kalian nih. Bagi
dong infonya Don!”, kata Deborah penasaran.
“Eeeee… Kamu rupanya
Deb.. eehh .. gak.. gak.. ada apa-apa kok. Ini lagi ngegosipin kucingnya si
Obama yang katanya nyolong baju Jupe, heheeheJ….!”, kata Doni sambil
tertawa.
Deborah pun tak terlalu
memikirkan hal itu. Dia mengambil handphone di tas dan membuka situs
jejaring sosialnya, yaitu facebook. Betapa kagetnya dia setelah melihat
info pertama yang muncul di berandanya adalah: Cristo Sieiimuutt Anack Cuakkep
Gahol Abbiiess Kebelet Piipiees (nama facebook Cristo) bertungan dengan Sii
Cuaantiikk Moanizz Muaacaan Tutuueell Anaakk Paassaarr Jengkooll.
Deg. Jantung Deborah
serasa terhenti setelah membaca info itu. Dia tahu sekarang kenapa
teman-temannya merahasiakan berita panas itu dari tadi. Ternyata Cristo
memutuskannya hanya untuk cewek lain, seorang anak alay. Dia selingkuh! Dia
mengkhianati cinta tulus Deborah. Air
mata benci, kecewa, dan dendam berlomba mengaliri pipi mulusnya. Begitu sakit hatinya. Sungguh sakit.
“Kenapa kamu nangis Deb?
Aku kan udah bilang ini semua karena orang tuaku yang menginginkan aku putus
sama kamu. Berhenti dong nangisnya!”, kata Cristo yang datang tiba-tiba di
belakang Deborah.
Buuugggggggg!!!! Deborah
melempar tasnya karena sakinG marahnya kepada Cristo.
“Eh, dasar cowok buaya kadal! Gak usah sok
alim. Aku muak.
Aku udah tahu kalau kamu mutusin aku karena ada cewek lain,
dasar pengkhianat! Kamu lebih milih cewek gak jelas daripada
aku yang udah tulus selama ini mencintai kamu! Mulai sekarang
jangan sok manis lagi di depan aku, kamu bukan tebu manis lagi,
kamu udah aku anggap lebih pahit dari garam laut dan licik
kayak ular kobra! Jangan ganggu hidup aku lagi, pengkhianat!”,
Deborah berlari meninggalkan kelas dengan air mata yang masih
tiada henti mengalir.
Cristo hanya menundukkan kepala tanpa berusaha
mengejar Deborah. Entah apa yang ada dipikirannya. Hanya
dia
yang tahu.
Malamnya Deborah merenung
sendiri di kamarnya. Di temani
secarik kertas dan
pulpen, dia pun menulis sebuah puisi:
MY
LOVE TO YOU
I Never expect more, just your sincerity love
for me…
But
if you already found someone else, I try to accept it.
Maybe your happiness is to belonging
her,not mine..
I’m
happy ever be yours, but honestly I can’t forgive this..
So hard for me to forgive a big liar..
Please be a moon for her,because I’m not
yours again start from now.
Good bye…
Artinya: Cintaku Padamu.
Aku tak pernah berharap lebih, hanya ingin ketulusan cintamu
untukku. Tapi jika kau sudah menemukan yang lain, aku akan mencoba. Mungkin
kebahagiaanmu adalah menjadi miliknya, bukan aku. Aku bahagia pernah menjadi
milikmu, tapi jujur aku tak bisa memaafkan ini. Sangat berat untukku memaafkan
pembohong besar. Jadilah bulan untuknya, karena aku bukan milikmu lagi mulai
sekarang. Selamat tinggal.
Akhirnya Deborah berusaha
menerima kenyataan pahit itu. Itu lebih baik untuknya daripada terus merasa
dibohongi dan tersakiti. Dia berharap akan menemukan yang lebih baik dan Cristo
akan menyesali perbuatannya. “Hidup masih berlanjut walau tanpamu Cristo.
Selamat tinggal, kan ku hapus namamu dari memori otakku.”
Karya: Ni Made Binantari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar