Rabu, 29 Januari 2014

KAU BUKAN UNTUKKU



Pagi ini suasana kelas begitu panas,  meskipun baru pukul 07.30 pagi.  Di bangku paling belakang  ada seorang  anak bernama Deborah. Wajahnya begitu pucat dan tampak tetesan air mata mengalir di kedua pipinya. Gambaran kesedihan, kekecewaan dan kemarahan yang bercampur  menjadi satu kesatuan membentuk pulau kebencian di dalam hatinya.
        Setelah lama termenung dan mengusap-usap air matanya yang tak berhenti mengalir dari air matanya. Sebungkus tisu menemaninya menjadi saksi dari kehancuran hatinya. Tiba-tiba datanglah seorang  cowok yang bersikap cuek dan wajahnya tak kalah merah dengan Deborah. Dia adalah Cristo, pacarnya Deborah. 
        “Cris, tolong  jelaskan semua ini sama aku, apa salahku sampai kamu tega mutusin hubungan kita? Apa kurang aku Cris?”, kata Deborah semakin sedih.
        “Kamu gak ada salah apa-apa kok. Aku Cuma pengen sendiri aja kok. Lagian orang tuaku juga gak ngasi aku pacaran. Jadi kita break aja dulu ya”, kata Cristo dengan tatapan menghindar.
        “ Tapi aku gak mau Cris, aku bener-bener cinta ma kamu. Kamu tuh cinta matiku. Aku gak sanggup hidup tanpamu sayangku. Aku udah berkorban waktu, tenaga, pikiran buat kamu. Aku udah tiap hari nelpon kamu, tiap detik memperhatikan kamu, bahkan aku yang membuatkan kamu tugas sampai begadang semalam suntuk. Apa masih kurang itu semua? Please, jangan tinggalin aku!”,
        Tapi Cristo tak menghiraukan semua kata-kata Deborah. Dia malah meninggalkan Deborah pergi begitu saja. Tak peduli berapa bungkus tisu yang telah dihabiskan kekasihnya. Dia pergi tanpa rasa bersalah.
        Sementara teman-temannya berusaha menghibur Deborah dengan membuat lelucon atau sekedar guyonan yang mungkin dianggap bisa menenangkan hati temannya itu.
        “Tenang Deb. Cristo pasti gak akan berpaling darimu kok. Kalian kan udah lama pacaran dan udah selalu lengket kayak perangko, pasti kamu seorang kok yang jadi bidadari di hatinya. Jangan nangis lagi ya!”, kata Jamito, teman akrab Deborah yang kocak.
        Deborah masih menangis. Tak ada satupun kata-kata humor yang bisa menenangkan hatinya kecuali dia mendengar langsung dari mulut kekasihnya itu, kenapa dia ingin memutuskan dirinya. Perang bathin terus bergolak.

“Apa benar ini semua karena orang tuanya? Apa mungkin aku sudah tak pantas lagi dimatanya? Apakah aku jelek? Apa selama ini aku hanya manusia yang tak berguna untuknya? Tak bisakah dia merasakan cintaku yang tulus ini padanya sampai-sampai dia ingin berpisah denganku?”
“Aaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!”, Deborah berteriak kencang. Beribu pertanyaan tentang apa dan kenapa yang muncul di dalam benaknya. Akhirnya dia memutuskan meminta ijin pulang ke pada guru piket karena kepalanya begitu sakit memikirkan nasib malangnya.
Keesokan harinya Deborah  memaksakan diri untuk pergi kesekolah walaupun kepalanya masih pening. Baru sampai di depan kelas, teman-temannya terlihat bergerombol berbisik-bisik. Seperti sesuatu yang sangat rahasia.
“Kalian nge-gossip apa sih pagi-pagi begini? Dasar ya ratu dan raja gossip kalian nih. Bagi dong infonya Don!”, kata Deborah penasaran.
“Eeeee… Kamu rupanya Deb.. eehh .. gak.. gak.. ada apa-apa kok. Ini lagi ngegosipin kucingnya si Obama yang katanya nyolong baju Jupe, heheeheJ….!”, kata Doni sambil tertawa.
Deborah pun tak terlalu memikirkan hal itu. Dia mengambil handphone di tas dan membuka situs jejaring sosialnya, yaitu facebook. Betapa kagetnya dia setelah melihat info pertama yang muncul di berandanya adalah: Cristo Sieiimuutt Anack Cuakkep Gahol Abbiiess Kebelet Piipiees (nama facebook Cristo) bertungan dengan Sii Cuaantiikk Moanizz Muaacaan Tutuueell Anaakk Paassaarr Jengkooll.
Deg. Jantung Deborah serasa terhenti setelah membaca info itu. Dia tahu sekarang kenapa teman-temannya merahasiakan berita panas itu dari tadi. Ternyata Cristo memutuskannya hanya untuk cewek lain, seorang anak alay. Dia selingkuh! Dia mengkhianati cinta tulus  Deborah. Air mata benci, kecewa, dan dendam berlomba mengaliri pipi mulusnya.  Begitu sakit hatinya. Sungguh sakit.
“Kenapa kamu nangis Deb? Aku kan udah bilang ini semua karena orang tuaku yang menginginkan aku putus sama kamu. Berhenti dong nangisnya!”, kata Cristo yang datang tiba-tiba di belakang Deborah.
Buuugggggggg!!!! Deborah melempar tasnya karena sakinG marahnya kepada Cristo.
         “Eh, dasar cowok buaya kadal! Gak usah sok alim. Aku muak.
Aku udah tahu kalau kamu mutusin aku karena ada cewek lain,
dasar pengkhianat! Kamu lebih milih cewek gak jelas daripada
aku yang udah tulus selama ini mencintai kamu! Mulai sekarang
jangan sok manis lagi di depan aku, kamu bukan tebu manis lagi,
kamu udah aku anggap lebih pahit dari garam laut dan licik
kayak ular kobra! Jangan ganggu hidup aku lagi, pengkhianat!”,
Deborah berlari meninggalkan kelas dengan air mata yang masih
tiada henti mengalir.
   Cristo hanya menundukkan kepala tanpa berusaha
mengejar Deborah. Entah apa yang ada dipikirannya. Hanya
dia yang tahu.
Malamnya Deborah merenung sendiri di kamarnya. Di temani
secarik kertas dan pulpen, dia pun menulis sebuah puisi:
  
MY LOVE TO YOU
   
                                      I Never expect more, just your sincerity love for me…
                                    But if you already found someone else, I try to accept it.
                              Maybe your happiness is to belonging her,not mine..
                        I’m happy ever be yours, but honestly I can’t forgive this..
                    So hard for me to forgive a big liar..
                  Please be a moon for her,because I’m not yours again start from now.
                 Good bye…                             
                       
 
  Artinya: Cintaku Padamu.
        Aku tak pernah berharap lebih, hanya ingin ketulusan cintamu untukku. Tapi jika kau sudah menemukan yang lain, aku akan mencoba. Mungkin kebahagiaanmu adalah menjadi miliknya, bukan aku. Aku bahagia pernah menjadi milikmu, tapi jujur aku tak bisa memaafkan ini. Sangat berat untukku memaafkan pembohong besar. Jadilah bulan untuknya, karena aku bukan milikmu lagi mulai sekarang. Selamat tinggal.

Akhirnya Deborah berusaha menerima kenyataan pahit itu. Itu lebih baik untuknya daripada terus merasa dibohongi dan tersakiti. Dia berharap akan menemukan yang lebih baik dan Cristo akan menyesali perbuatannya. “Hidup masih berlanjut walau tanpamu Cristo. Selamat tinggal, kan ku hapus namamu dari memori otakku.”

Karya: Ni Made Binantari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar