Sebelum abad ke-14 desa Sobangan bernama Padang Jerak,dengan
seiring berjalannya waktu,nama Padang Jerak di ganti dengan nama Sobangan oleh
Sira Arya Sentong yang datang dari Puri Ida Dalem Gelgel.Kedatangan Sira Arya
Sentong tidak memiliki tujuan yang pasti karena Sira Arya Sentong meninggalkan
Puri disebabkan oleh para patih-patih yang lain menfitnah Sira Arya
Sentong.Karena hal itulah beliau meninggalkan Puri dan berkelana.Dalam
perjalanannya Sira Arya Sentong mencari tempat suci untuk melakukan semedi dan
meminta petunjuk Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Pada abad ke-14 beliau tiba di Alas
Baha dan di sana beliau bersemadi,yang akhirnya beliau mendapat anugerah di
Pacung Ampel Gading dan di tempat itulah lalu di bangun Pura yang bernama Pura
Pengaruman/Alas Arum.Kemudian beliau melanjutkan perjalanan menuju utara
melintasi beberapa desa dan menemukan tanah yang luas dan subur tempat tersbut
bernama Padang Jerak. Seiring berjalannya waktu,kemudian Sira Arya Sentong
mempunyai dua putera yang bernama I Gusti ngurah Ayunan dan I Gusti ngurah
Tama. I Gusti ngurah Ayunan menjadi raja di wilayah Perean dan berganti nama I
Gusti Pacung Sakti nama tersebut pemberian leluhurnya yaitu pemberian dari Sira
Arya Sentong ayahnya sendiri.
Desa padang jerak merupakan desa yang penduduknya campuran,penduduk
yang tinggal di desa Padang Jerak terutama berasal dari D.T Gantung,pasek
Pangkung Prabu Tabanan,Dewanegari dan pengikut Gusti Pacung Sakti. Nama Padang
Jerak terebut diganti dengan nama Sobangan yang diambik dari istilah bahasa
Bali yaitu 'engsub-engsuban' yang berarti desa berpenduduk dari berbagai
daerah.Terbukti benah kata tersebut karena sampai saat ini masih banya ada
penduduk dari daerah lain yang berpindah tinggal di Desa Sobangan yang dulunya
adalah Desa Padang Jerak.
Desa Sobangan secara administratif merupakan wilayah Kecamatan
Mengwi Kabupaten Badung.Desa Sobangan terletak di Utara Badung dengan
ketinggian antara 2500-3000 meter di atas permukaan laut dengan batas wilayah
secara administratif sebagai berikut:
a)sebelah utara : desa sembung.
b)sebelah selatan : desa Baha.
c)sebelah barat : desa Werdi
Buana.
d)sebelah timur : desa Ayunan.
Di desa Sobangan terdapat hal-hal dan tempat-tempat unik
diantaranya sebagai berikut :
1.
PURA DALEM PURI PUSER JAGAT SOBANGAN
Pura yang berlokasi di Banjar Selat, Desa Sobangan, Mengwi, Badung
ini, sebenarnya sudah berdiri sejak sangat lama sekali, bahkan disebut berdiri
semenjak manusia masih mampu melihat dewa. Tapi baru ditemukan kembali semenjak
keluarga Mangku Made Sekep sakit-sakitan. Di satu sisi terdapat berbagai
kejaiban dan keunikan yang meyakini pura ini betul-betul mempunyai taksu yang
sangat tinggi.
Menengok sejarah Pura Dhalem Puri Puser jagat, sebaiknya tengok
dulu sejarah perjalanan Ritual I Gusti Agung Putu menuju kesuksesan. Disebutkan
Raja Mengwi dengan pusat ibu kota kerajaan Kawya Pura, adalah Pertisentana Sri
Nararya Kreshna Kepakisan dari trah Pangeran Made Asak yang menurunkan I Gusti
Agung Maruti, raja Gelgel terakhir selama 26 tahun dari 1651-1677 Masehi. Keturunan
beliau ini yang menjadi raja pertama di Mengwi ialah I Gusti Agung Putu yang
kemudian bergelar Bima Sakti dan lebih terkenal dengan gelar Cokorda Sakti
Blambangan. Kira-kira akhir abad ke-17 Masehi, ketika I Gusti Agung Putu berada
dalam asuhan penguasa Marga yaitu I Gusti Bebalang, beliau pernah mengadakan
perjalanan suci (ritual) ke arah timur dari Desa Marga menuju Desa Sembung yang
akhirnya sampai di Desa Sobangan (Moncos) dan di sana beliau bersemadhi di
sebuah pura kecil (Pura Dhalem Puri Puser Jagat – Sobangan) dan memperoleh
petunjuk agar beliau datang dan mengadakan yoga semadhi mohon panugrahan di
Puncak Gunung Mangu.
Dalam yoga semadhi beliau di Puncak Gunung Mangu beliau memperoleh
petunjuk atau wahyu dari Hyang Hyanging Parwatha yaitu :
“Beliau akan mendapatkan kekuasaan atas daerah yang tampak terang bila beliau
memandangnya ke arah timur melihat setengah terang dan setengah gelap, ke arah
selatan nampak terang hingga ke laut, ke arah barat nampak gelap, hanya di laut
nampak terang”. Kemudian beliau kembali dari Puncak Mangu menuju Desa Sobangan
dan di pura kecil tempat beliau menerima petunjuk mengadakan persembahyangan,
matur piuning serta ngaturang prama suksma kehadapan Ida Bhatara yang bersthana
di sana. Kemudian pura kecil itu dinamai Pura Dhalem Puri Puser Jagat sampai
sekarang, sebagai palinggih Ida Bhatara Hyang Pasupati, Dhalem Nusa, Naga Basuki dan lain-lain. Selanjutnya
beliau kembali ke Desa Marga, dan sesuai dengan wahyu yang beliau terima di
Puncak Gunung Mangu beliau I Gusti Agung Putu mencapai kesuksesan menjadi
seorang raja besar dengan gelar Ida I Gusti Agung Made Agung Bima Sakti atau
Cokorda Sakti Blambangan, karena beliau menguasai daerah sampai ke Blambangan
di Jawa Timur.
Demikian sekilas perjalanan suci Raja Mengwi pertama yang ada
kaitannya dengan Pura Dhalem Puri Puser Jagat Sobangan yang pemeliharaan dan
aci-acinya dilanjutkan oleh raja-raja Mengwi berikutnya, dengan memerintahkan
kepada leluhur si Kompyang Kerebek mengerjakan tanah di sekitar pura tersebut dan
merawat serta ngaci Pura Dhalem Puri Puser Jagat Sobangan sebagaimana mestinya.
Pada
tahun 1891 Masehi kerajaan Mengwi jatuh dan dikuasai kerajaan Badung dan pura
menjadi terlantar kurang terpelihara dan aci-acinya hanya sekadarnya. Kira-kira
pada tahun 1949 Masehi si Kompyang Kerebek ahli waris penerima perintah Raja
Mengwi untuk merawat dan ngaci Pura Dhalem Puri Puser Jagat Sobangan.
Selanjutnya kepemilikan tanah tersebut diteruskan oleh Si Kompyang Kerug (putra
dari Si Kompyang Kerebek). Si Kompyang Kerug mempunyai seorang putri bernama Ni
Kompyang Suwarti kemudian kawin dengan I Nyoman Kerta (nyentana). Sedangkan I
Nyoman Masi (penandu tanah tersebut), menggarap tanah itu dibantu menantunya
asal Desa Ayunan bernama I Made Sekep (nyentana).
Bermula dari suatu petaka yang dialami oleh seorang
petani, keadaan rumah tangga yang berantakan, sakit-sakitan dan beban mental
berkepanjangan dari keluarga I Made Sekep di Sobangan, ia menerima pawisik
untuk mengatasi permasalahan yang dialaminya, yang bersangkutan diberi petunjuk
melakukan yasa kerti di suatu tempat suci di Dusun Selat, Desa Sobangan,
Mengwi.
“Pura
Dhalem Puri Puser Jagat” ditunggui oleh roh-roh halus dari para agung (Ksatria)
dan pangiring-pangiring yang kebanyakan berasal dari Kecamatan Mengwi.
Abiansemal dan kecamatan lainnya di Bali.
Berdasarkan keyakinan dan baktinya I Made Sekep dan keluarga pada
tahun 1987 di tempat gundukan di atas tanah garapannya dibangun bangunan suci,
palinggih beton cetakan dengan kelengkapan tembok panyengker (batas) dan
sehari-harinya (nitya kala) menghaturkan sesaji sesuai dengan kemampuannya.
Selanjutnya pada Pebruari tahun 1991 I Made Sekep dan keluarga kembali
melaksanakan upacara pecaruan Panca Sata. Pada waktu itu terjadi suatu
keanehan, di mana pada saat banten caru telah digelar (kebanjahan), di natar
pura, tiba-tiba dari gedong keluar seekor cecak. Kemudian cecak itu turun dan
pada kedua kaki depan cecak itu menyentuh tanah, cecak itu berubah menjadi seekor
ular belang (hitam putih). Ular itu kemudian mengitari banten sebanyak tiga
kali ke arah kanan (murwa daksina) dan sekembalinya ke tempat semula ternyata
ular itu lenyap. Kejadian itu disaksikan pula banyak orang yang ikut di dalam
penyelenggaraan upacara itu.
Di Desa Pejeng tahun 1995, ada pawuwus di pura tersebut sudah ajeg
sewaktu manusia masih mampu melihat Dewa. Di Desa Teges Gianyar, mendapatkan
pawuwus di pura tersebut sudah ajeg semasih Bali yang artinya pura tersebut
sudah berdiri sangat lama.
Di
Merajan Agung Puri Gelgel, mendapat bawos pada waktu pemerintahan Raja
Waturenggong beliau sempat merenovasi Pura Dhalem Puri Puser Jagat Sobangan
(sebagai Pura Dhalem Kedewatan). Tanggal 13 April 1997 di Desa Pejeng mendapat
bawos antara lain, yang pertama kali napak di palinggih pura wantah Ida Bhatara
sane malingga ring Luhur Pucak Gunung Lempuyang dan yang mengadakan
renovasi/memperbaiki pura wantah Kompyang Ida Bhatara Cokorda I Gusti Ngurah
Agung Shri Kreshna Kepakisan (dua tingkat di atasnya), sane kalinggihang di
Gedong majeng kauh kasarengan antuk leluhur-leluhur puri (lanang wadon) sane
sampun suci.
Pawisik yang sama juga
diperoleh Mangku Made Sekep sendiri pada hari Minggu Keliwon, sasih Kasa,
Watugunung tanggal 17 Juli 2005 pada saat beliau makemit (bersemadhi) di pura
berupa suara berasal dari palinggih Padmasana yang mengatakan : Pura Dhalem
Puri Puser Jagat dibangun pada waktu Pulau Bali masih dalam keadaan hutan
belantara. Pura tersebut pernah dituntun oleh masyarakat Sobangan dan banyak
umat dari luar Sobangan yang datang untuk melakukan persembahyangan kesana.
2. TIBU BERUK
Seperti kita
ketahui bahwa pulau Bali sudah dikenal di seluruh dunia .
Pulau indah ini memiliki banyak tempat menarik dan begitu juga di desa Sobangan. Desa ini
terletak di kecamatan Mengwikabupaten Badung atau saat ini
dikenal sebagai Mangupura.
Di desa Sobangan terdapat sungai dan di
dalamnya ada mata air besar yang mengairi subak Lepud di desa Sobangan yang
diberi nama Tibu Beruk. Kenapa tempat ini diberi nama Tibu Beruk? Baik , inilah
sekilas tentang sejarah namanya.
Menurut kepercayaan masyarakat desa
Sobangan tentang mitos Tibu Beruk itu adalah pada zaman dahulu ada dewa yang
mencuri air dari desa Sobangan yang akan dibawa ke Sembung dengan menggunakan
Beruk (tempurung kelapa). Tetapi ditengah perjalanan dewa itu dipergoki oleh
masyarakat Sobangan dan akhirnya air yang didalam beruk itupun jatuh di
Sobangan dan akhirnya sejak saat itu
mata air itu dinamakan Tibu Beruk. Di atas Tibu Beruk itu juga ada pura
yang bernama Pura Tirta Sampian. Dan disampingnya dikelilingi oleh sawah-sawah.
3. PANCORAN SOLAS
Pancoran
Solas yang berarti “Pancuran sebelas” merupakan tempat terunik di desa Sobangan
yang mungkin jarang kita bisa temui ditempat lain. Pancoran Solas terletak di
tempat yang cukup curam tetapi kita bisa mengaksesnya dengan jalan setapak yang
cukup licin. Pancoran Solas ini sesuai dengan namanya memang berjumlah sebelas
dengan jarak antara masing-masing pancoran sekitar satu meter. Air pancoran ini
sangat jernih dan bisa langsung diminum. Banyak penduduk sekitar yang juga
memanfaatkan airnya untuk mandi. Di samping Pancoran Solas ini ada sebuah pura
dan tiap hari Buda Cemeng Ukir, banyak umat terutama warga Sobangan yang
menghaturkan sesajen/banten di pura ini. Pancoran ini juga mengandung banyak
misteri, sehingga banyak peneliti yang meneliti Pancoran Solas ini.